Panasnya terik matahari yang tepat diatas kepalaku seakan
membakar tubuh ini, dibanding kemarin matahari seakan-akan malu menampakan diri
karena tertutup mendung yang menyelimutnya. Kupacu motor bututku meskipun tidak
terlalu kencang masih bisa mengalahkan becak dan angkutan umum yang berjalan
lambat bagaikan bekicot. Jalanan Ibukota metropolis yang semakin semrawut,
kacau balau dan takberaturan, disudut jalan nampak petugas kepolisian hanya
duduk manis diwarung sembari minum kopi dan mainan HandPhone, entah apa yang
dilakukannya ??? dari wajahnya nampak kekesalan, mungkin kesal melihat para
pengendara yang susah diatur atau lagi mempunyai masalah dengan sang istri/
rumah tangga. Setiap orang yang hidup selalu mempunyai permasalahan, apapun itu
selalu ada jalan keluarnya, meskipun harus dengan kematian/bunuh diri itu salah
satu jalan keluar yang terakhir. Nampak wajah kegelisahan dan kebingunan pak
polisi itu semankin menjadi, entah apa yang menimpanya ??? apakah polisi itu
bingung karena hari ini tak mendapatkan tilangan yang bisa menjadi kas
pribadinya ??? yaaa.... sudahlah biarkan pak polisi bergelut dengan
permasalahanya sendiri, karena sekarang pak polisi bukan abdi masyarakat tapi
abdi Kapitalis/pengusaha yang bisa disewa sewaktu-waktu ”ada uang urusan
lancar”.
Benar-benar gila panasnya hari ini seakan takmau kompromi
seperti malaikat Izrail sang mencabut nyawa semua makhluk tanpa alasan apapun.
Panas matahari ini mungkin sebabkan pemanasan global yang terjadi diseluruh
dunia ini, efek dari tangan-tangan manusia yang selalu mengambil keuntungan
pribadi tanpa mengindahkan efek sampingnya terhadap perubahan iklim dunia.
Sejenak teringat kisah Penciptaan Nabi Adam A.S, dimana Iblis tidak mau sujud
kepada adam meskipun diperitah oleh Illahi karen lebih mulya dari adam, sama
hal juga seperti malaikat sempat protes kalau sekarang mungkin demontrasi
kepada allah : “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Didalam Keyakinan agama kita terutama islam,
bahwa kita ini khalifa dibumi ini, kita diberi kebebasan oleh Illahi berbuat
senaknya kita sendiri, merusak bumi ini ??? atau menjaga & melastarikannya
??? itu terserah kita semua, monggo dipilih.........
Karena panas matahari yang menjadi kuhentikan motor bututku
disebuah warung kaki lima dipinggir sungai yaaaa... lumayan bersih, warung yang
teduh pohon-pohon yang rimbun. Sejenak melepas kepenatan keliling muter-muter
mengirim pesanan seseorang, istirahat sebentar memanjakan diri sambil
menyeruput es teh dingin dan kopi sueeggeeerrrrrrr......... tidak lupa teman
setia yang selalu mendampingi “rokok eceran”. Ibu penjaga warung yang selalu
sumringah menyambut kedatangan para pembeli, meskipun hanya mampir minum
es,kopi atau beli rokok eceran, tak menyurutkan semangatnya untuk memberikan
sebuah senyuman kepada sang raja”pembeli”. Obralan kecil selalu menemani ibu
pejual ini, senda gurau,canda tawa dengan sesama pembeli membikin suasana
menjadi kekeluargaan yang hangat meskipun sesaat, tak kutemukan wajah-wajah
kebingungan,kegelisahan,keresahan, diwarung ini meskipun yang singgah diwarung
ini penuh dengan keringat, bau matahari yang menyengat. Sebuah pemandangan yang
bertolak belakang antara sipolisi dengan penghuni sesaat warung ini, padahalan
kalau dihitung dari pendapatan perkapita sipolisi pasti lebih unggul daripada
pemilik warung dan juga pembelinya yang kebanyakan tukang becak,sales,
kurir,dll.
Satu rahasia kehidupan yang harus terpecahkan oleh kita
semua untuk selalu tersenyum disetiap kondisi diri kita. Yup... selalu
bersyukur apa yang sudah kita alami, terkadang itu pahit untuk kita, tidak
semua kita mengucap syukur, banyak yang
menyerukan kata syukur “Allhamduliilah” apakah hanya sebatas ucapan.
Hakikat syukur atau alhamdulillah itu kita tidak pernah mengeluh apapun yang
terjadi pada dirikita meskipun itu pahit tak sesuai yang kita harapkan tapi
inilah tingkatan maqam syukur yang tertinggi, tidak pernah mengeluh apapun yang
terjadi, dalam pepatah jawa “Nrimo ing pandum”
tapi ingat jangan salah mengartikan, ini semua tidak terkait
kebendaan/materi, hakikat dalam syukur terdapat didalam qolbu kita
masing-masing. Monggo digatuknoo... sesuai tingkat dan pemahaman kita
masing-masing ???
Waktu nampak tak bersahabat jam ditangan sungguh cepat
jalannya dan isitarahatku harus kuakhir kuhabiskan minuman yang kupesan tanpa
tersisa, segera kubayar apa yang aku tadi habiskan kepada ibu pemilik warung.
Wajah yang sumringah penuh dengan kesederhanaan melepasku untuk meniggalkan
warung yang hangat ini, ucapan terima kasih saling terucap dari diriku dan ibu
pemilik warung dan plus dapat seuntai doa dari ibu pemilik warung “Hati-hati ya
mas dijalan”, yang tidak pernah kita dapatkan jika nongkrong di mal atau plaza.
Ini berdasar pengalaman pribadi y?..
BalasHapusBtw Linknya sdh terpasang d info-lomba.com d tunggu kunjungan baliknya.. :-0
Salam kenal