Kamis, 12 Januari 2012

Kenangan dibawah hujan


Secangkir kopi panas menemaniku bersanding disenja hari, matahari menghilang tertutup mendung. Tertegun duduk sendiri diberanda rumah sembari minum kopi dan sesekali menghisap rokok, melihat turunnya hujan yang begitu deras membahasi bumi ini yang panas oleh terik mentari. Panas bumi ini kini berubah menjadi dingin dan sejuk, sayang tak sesejuk kehidupan ini yang selalu berjalan dan berputar atau apalah mereka menyebutnya ???  Seandainya kesejukan ini bisa dirasa para aparatur pemerintah yang memegang kendali negara ini, mungkin bangsa ini akan menjadi bangsa yang damai,bangsa tentram,bangsa yang menjujung tinggi nilai-nilai filosofi kemanusian yang beradab.  


Gemiricik air yang turun dari langit mulai menggenang memenuhi sudut jalan membuat perkampungan dipenuhi dengan air. Sebatas ruang gerak sendiri hanya mampu menikmati pemandangan hujan diberanda rumah, ingin rasa nya bermain air hujan yang masih deras, bermain dijalanan seperti mereka. Berlari-lari dan bermain bola dijalanan kampung seperti dulu saat masih anak-anak menikmati guyuran air hujan dari langit seperti menikmati kebahagian yang turun dari surga. Meskipun diriku tak turut dalam kebahagian anak-anak itu, tapi diri ini merasa tenang dan damai melihatnya, tampak wajah anak-anak yang polos,lugu,lucu bermain dengan genangan air.

Masa terindah adalah masa dimana saat kita masih anak-anak, masa yang tak pernah kita lupakan masa-masa yang penuh kenangan, masa-masa kenakalan kita hanya bermain dan menangis, bila keinginan kita tak dipenuhi oleh orang tua kita. Masa anak-anak, masa yang paling tak terlupakan dalam kehidupan kita semua. Tapi sayang tidak semua masa anak-anak dilalui menyenangkan ada sebagaian masa anak-anak harus dilalui dengan membanting tulang,membantu kedua orang tuanya berkerja,berdagang atau berjualan untuk mencukupi perekonomian keluarga. Dari sebagian masa anak-anak ada yang dilalui dengan tragis penuh dengan kekerasan,penindasan,dll, yang membuat trauma pada sang anak saat tumbuh menjadi dewasa.

Pergolakan pemikiran didalam otak untuk mencari sumbernya terkadang sampai terlitas, “apakah anak-anak yang tak merasakan kebahagian itu sebuah takdir dari tuhan atau kedua orang tuanya yang tidak mengharapkan kehadirannya didunia ini ??? atau mungkin karena bangsa ini sudah terlalu bejat,rusak karena sistem tatanan negaranya yang kacau balau”. Semakin berat pemikiran ini kurasakan, tak terasa berapa batang rokok yang kuhisap habis untuk sebuah pemikiran ini. Terkadang kubertanya dalam diri sendiri, apakah Tuhan sengaja telah membuat kehidupan anak-anak yang kurang beruntung seperti itu ??? atau mungkin merupakan kesalahan kedua orang tua sang anak, sehingga anaknya harus menjadi korbannya ??? atau mungkin bangsa ini yang menyebabkan semua ini, karena sistem peraturan negara tentang anak-anak tak pernah berjalan ??? apakah karena aparatur pemerintah sudah bosan memikirkan rakyatnya hanya harta dan tahta yang diperebutkan yang mengatasnamakan kita semua.

Tak terasa dalam sebuah lamunanku yang dipenuhi pergolakan pemikiran ini, secangkir kopi yang kunikmati hanya tinggal sisanya, rokok yang menemaniku untuk melamun dan berfikir mulai menipis. Anak-anak yang tadi ramai bermain air, kini telah menghilang satu-persatu dengan bersamaannya air hujan yang mulai menghilang. Kumandang adzan maghrib membuatku tersentak bangkit dari singgasanaku tempat dimanaku melamun menghabiskan waktu dikala senja yang diiringin hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar