Secangkir kopi panas menemaniku bersanding disenja hari,
matahari menghilang tertutup mendung. Tertegun duduk sendiri diberanda rumah
sembari minum kopi dan sesekali menghisap rokok, melihat turunnya hujan yang
begitu deras membahasi bumi ini yang panas oleh terik mentari. Panas bumi ini
kini berubah menjadi dingin dan sejuk, sayang tak sesejuk kehidupan ini yang
selalu berjalan dan berputar atau apalah mereka menyebutnya ??? Seandainya kesejukan ini bisa dirasa para
aparatur pemerintah yang memegang kendali negara ini, mungkin bangsa ini akan
menjadi bangsa yang damai,bangsa tentram,bangsa yang menjujung tinggi
nilai-nilai filosofi kemanusian yang beradab.
Gemiricik air yang turun dari langit mulai menggenang
memenuhi sudut jalan membuat perkampungan dipenuhi dengan air. Sebatas ruang
gerak sendiri hanya mampu menikmati pemandangan hujan diberanda rumah, ingin
rasa nya bermain air hujan yang masih deras, bermain dijalanan seperti mereka. Berlari-lari
dan bermain bola dijalanan kampung seperti dulu saat masih anak-anak menikmati
guyuran air hujan dari langit seperti menikmati kebahagian yang turun dari surga.
Meskipun diriku tak turut dalam kebahagian anak-anak itu, tapi diri ini merasa
tenang dan damai melihatnya, tampak wajah anak-anak yang polos,lugu,lucu bermain
dengan genangan air.
Masa terindah adalah masa dimana saat kita masih anak-anak,
masa yang tak pernah kita lupakan masa-masa yang penuh kenangan, masa-masa
kenakalan kita hanya bermain dan menangis, bila keinginan kita tak dipenuhi
oleh orang tua kita. Masa anak-anak, masa yang paling tak terlupakan dalam kehidupan
kita semua. Tapi sayang tidak semua masa anak-anak dilalui menyenangkan ada
sebagaian masa anak-anak harus dilalui dengan membanting tulang,membantu kedua
orang tuanya berkerja,berdagang atau berjualan untuk mencukupi perekonomian
keluarga. Dari sebagian masa anak-anak ada yang dilalui dengan tragis penuh
dengan kekerasan,penindasan,dll, yang membuat trauma pada sang anak saat tumbuh
menjadi dewasa.
Pergolakan pemikiran didalam otak untuk mencari sumbernya
terkadang sampai terlitas, “apakah anak-anak yang tak merasakan kebahagian itu
sebuah takdir dari tuhan atau kedua orang tuanya yang tidak mengharapkan
kehadirannya didunia ini ??? atau mungkin karena bangsa ini sudah terlalu
bejat,rusak karena sistem tatanan negaranya yang kacau balau”. Semakin berat
pemikiran ini kurasakan, tak terasa berapa batang rokok yang kuhisap habis
untuk sebuah pemikiran ini. Terkadang kubertanya dalam diri sendiri, apakah
Tuhan sengaja telah membuat kehidupan anak-anak yang kurang beruntung seperti
itu ??? atau mungkin merupakan kesalahan kedua orang tua sang anak, sehingga
anaknya harus menjadi korbannya ??? atau mungkin bangsa ini yang menyebabkan
semua ini, karena sistem peraturan negara tentang anak-anak tak pernah berjalan
??? apakah karena aparatur pemerintah sudah bosan memikirkan rakyatnya hanya
harta dan tahta yang diperebutkan yang mengatasnamakan kita semua.
Tak terasa dalam sebuah lamunanku yang dipenuhi pergolakan
pemikiran ini, secangkir kopi yang kunikmati hanya tinggal sisanya, rokok yang
menemaniku untuk melamun dan berfikir mulai menipis. Anak-anak yang tadi ramai
bermain air, kini telah menghilang satu-persatu dengan bersamaannya air hujan
yang mulai menghilang. Kumandang adzan maghrib membuatku tersentak bangkit dari
singgasanaku tempat dimanaku melamun menghabiskan waktu dikala senja yang
diiringin hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar